Midnight

skylar’s

Baekhyun & OC // 800+ // fluff, maybe?

Tuhan, semoga ini hanya mimpi buruk.

..

---

.

Entah ini sebuah kebetuan atau memang nasibku yang sial. Tinggal bersebelahan dengan rumah seorang Byun Baekhyun adalah hal terburuk yang pernah kualami seumur hidupku. Sungguh, aku muak tinggal dekat dengannya.

Tepat dua bulan yang lalu, Keluarga Byun pindah ke rumahnya yang sekarang. Aku ingat betul waktu itu, dengan tak terduganya ia muncul di pagar rumahku. Dan dengan bodohnya ia berkata ‘Hello, Nona Kim! Mulai hari ini aku akan jadi tetanggamu!’ lengkap dengan v–sign dan senyum tiga jarinya. Sejak saat itulah hidupku yang damai ini mulai terusik godaan setan kecil bermarga Byun itu.

Aku sudah cukup menderita sekelas dengannya. Lalu sekarang, ia malah tinggal di samping rumahku. Dan lagi, jendela kamar Baekhyun yang hanya terpaut satu meter saja dari jendela kamarku. Ini semakin memperburuk keadaan.

Baekhyun memang baik, kuakui begitu. Selera humornya sangat baik. Lelucon bodohnya seringkali membuatku tertawa terbahak, bahkan sampai tersedak. Eumm… Yah, begitulah. Tapi kau tahu apa yang membuatku membenci Baekhyun?

Alasan utamanya adalah: Baekhyun itu sering sekali menggangguku.

Pertama, Baekhyun ini sangat berisik. Ia seringkali bernyanyi dengan suara lantangnya, dan ini sungguh menggangguku. Suaranya memang merdu. Tapi siapa yang tidak terganggu jika tengah malam pun bocah itu masih sibuk meracau di kamarnya? Kalau saja ia bukan manusia, akan kusiram dia dengan air dingin!

Kedua, Baekhyun senang sekali memanggilku dari kamarnya. Entah untuk tujuan apa, yang jelas ini juga sangat menggangguku. Mungkin hampir setiap jam ia memanggilku dari kamarnya. Ia akan berteriak ‘Hey, boleh lihat pr fisika?’ ‘Ann! Apa kau melihat pakaian dalam superman kesayanganku?’ atau hal yang tidak penting seperti ‘Lihat! Aku baru saja membeli robot Buzz Lightyear limited edition!’. Eww.

Ketiga, Baekhyun seringkali tiba-tiba muncul di kamarku. Sudah kujelaskan diawal, jendela kamar kami hanya berjarak satu meter saja. Ini memudahkan Baekhyun untuk masuk ke kamarku. Dengan tidak sopannya, Baekhyun masuk ke dalam kamarku lewat jendela. Lantas mengacak-acak barang-barang di dalam kamarku, atau mencuri beberapa bungkus gummy bearsku dan membuang bungkusnya di sembarang tempat. Menyebalkan, bukan?

Sebenarnya masih banyak lagi kerugian tinggal dekat dengan Baekhyun. Misalnya kejadian kemarin. Aku lupa menutup tirai kamarku saat mengganti baju. Dan tebak apa yang terjadi? Dengan rahang yang sedikit terbuka, ia memperhatikanku dari dalam kamarnya. Tanpa berkedip sekalipun. Hidung mimisan. Mata membulat. Sungguh memalukan.

Dan sialnya, malam ini aku tak bisa tidur. Insomnia kembali menghampiriku. Sudah kucoba berkali-kali untuk memejamkan mataku, tapi tetap saja. Buktinya sampai saat ini aku masih terjaga. Kuharap Byun Baekhyun tidak mengangguku malam ini.

Kulirik jam digital di nakas sampir kasurku. Jam dua belas malam, dan aku masih belum juga tidur? Oh, yang benar saja. Besok aku tak boleh terlambat masuk kelas. Dan lagi, suara petir di luar sana amat sangat menggangguku. Hujan di luar sana tak kunjung reda, bahkan semakin deras.

‘Tok, Tok,’

Eh? Suara apa itu? Siapa yang berani datang tengah malam begini? Apalagi di tengah hujan deras seperti ini. Mengganggu saja.

Kuputuskan untuk melihat jendelaku terlebih dulu. Dan…

“Whoa!”

Oh, shit. Itu Baekhyun. Tengah menempelkan dahinya ke permukaan kaca jendela dengan ekspresi mengenaskan.

Kurasa doaku tidak terkabul. Baekhyun datang lagi menggangguku.

“Ya! Mengagetkanku saja!” ujarku, lalu membukakan jendela untuknya. “Apa yang kau lakukan tengah malam begini, huh?”

“Hey, kenapa kau tak bilang kalau di sini ada wifi?” ujarnya riang sembari mengacungkan handphone tipisnya. Tak mengindahkan ucapanku.

“Sebenarnya apa yang mau kau lakukan di sini? Stok gummy bearsku sudah habis, kau bisa pulang sekarang, Baek.” kucoba bertanya sekali lagi. Percuma, ia terlalu sibuk dengan handphone dan wifi curiannya.

Bocah itu terlihat kegirangan ketika handphonenya mulai tersambung dengan wifi di rumahku. Lihat saja wajahnya, seperti anak kecil yang baru saja mendapat sekantung besar permen. Dasar.

“Aku menginap di sini, ya?” dengan seenaknya Baekhyun berbaring di atas kasurku.

“Yak! Kenapa?” protesku tak terima. “Apa kau tidak khawatir kalau ibumu mencari?”

“Ibuku sedang pergi, tenang saja.”

“Ish! Pulang kau!” kudorong tubuhnya agar menyingkir dari kasurku, tak terima kasurku dijajah dengan seenaknya. Tapi Baekhyun terlihat cuek. Ia tetap asyik dengan handphonenya dan… bubblegum? Oh. Ia memakan bungkus terakhir bubblegum milikku.

Kuputuskan untuk berbaring di samping Baekhyun. Aku menyerah, tubuhnya terlalu berat untuk kutendang dari kasurku. Aku pun berbaring memunggunginya.

Suasana berubah hening. Tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Baekhyun sibuk dengan wifinya, dan aku sendiri sibuk dengan pikiranku. Hanya ada suara percikan air hujan dan petir yang sesekali menyambar di luar sana. Baekhyun sedikit tersentak ketika suara petir yang menyeramkan itu kembali terdengar. Wajahnya terlihat… pucat?

“Baek, kau tidak apa-apa?” aku berbalik, sekedar memastikan bahwa ia baik-baik saja. Baekhyun menggeleng kecil.

Aku kembali berbalik memunggunginya. Tapi sepertinya rasa kantukku mulai datang. Maka kuputuskan untuk segera tidur dan membiarkan Baekhyun berkencan dengan handphonenya, tak peduli jika Baekhyun benar-benar ingin menginap di sini. Toh, orangtuaku sedang pergi. Siapa peduli? Aku percaya ia tak akan macam-macam denganku.

“Aku tidur duluan, ya? Night—” baru saja aku hendak memejamkan mataku, kurasakan sepasang tangan kekar yang melingkar di perutku.

Baekhyun… memelukku?

“Eung… Baek? Kau kenapa?” tanyaku. Baek semakin mengeratkan pelukannya. Ia terlihat ketakutan.

“Kumohon, biarkan aku memelukmu. A-aku takut petir.” cicitnya pelan. Suaranya sedikit bergetar.

“T-tapi—”

“Ssshh,”

“Baek! Lepaskan! Sesak—”

“…”

“Byun Baekhyun!”

“…”

“A-apa kau masih hidup?”

“…”

“BAEK!”

“Zzz…”

Ia mendengkur.

Dia tidur.

Masih dengan posisi memelukku.

Dan sial! Kenapa jantungku berdegup tak menentu seperti ini?

Tuhan, semoga ini hanya mimpi buruk.

.

—fin—

.

HIYAAAAAA APA INI GAJE BANGET AAAAA MAAFKAN AAAAAA;;;;;;A;;;;;; ini otak udah mentok banget, maaf kalo ficnya jadi terkesan maksa atau feelnya gadapet:( bikinnya udah ngantuk pula;;w;; maafkan aku;; hope u like it aja deh ya hahay xD jangan lupa comment<33